pengganti cornelis de houtman dalam menguasai indonesia adalah
Padatahun 1596, kapak Cornelius de Houtman berlabuh dipelabuhan Banten. Adapun rute pelayaran Belanda yakni Pantai Barat Afrika - Tanjung Pengharapan - Samudra Hindia - Pantai Barat Australia - Banten. Kapal Belanda menghindari Selat Malaka yang pada saat itu sudah dikuasai oleh Portugis. Kunci jawaban:
Cornelisde Houtman lahir di Belanda pada 2 april 1556 - meninggal di Aceh. Cornelis adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan orang yang membuka perdagangan rempah-rempah untuk Belanda,dan orang belanda senang terhadap cornelis yang dapat membuka jalan perdagangan Awalnya cornelis di kirim untuk mencari sebuah kepulauan rempah-rempah
tangalberapa 1Lihat jawabanIklanIklan nisanurulfadhilahnisanurulfadhilahMulai tanggal Juni 1596 BantenIklanIklanPertanyaan baru Indonesiapertanyaaan1 apa tema drama
BERTUAHPOSCOM, PEKANBARU - Setelah menempuh pelayaran selama berbulan-bulan, pada 27 Juni 1596 Cornelis de Houtman dan armada yang terdiri dari Catatan Sejarah 27 Juni: de Houtman Mendarat di Banten, Awal Mula Penjajahan Indonesia » BertuahPos
Bangsa Belanda mendaratkan ekspedisinya di Nusantara untuk pertama kali pada 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Kelebihan itu adalah, meski kedudukannya hanya sebagai kongsi dagang, nyatanya VOC diberi hak-hak istimewa yang membuat kewenangannya sangat besar. Perbedaan Orang Indonesia yang Merantau ke Malaysia Dulu
Site De Rencontre Jeunes Adultes Gratuit. Sejak dahulu kala, Indonesia yang dikenal Nusantara pada saat itu merupakan salah satu kepulauan di belahan Timur yang terkenal menghasilkan rempah-rempah terbaik. Hal itu menyebabkan orang-orang Eropa di benua barat merasa tertarik dan berusaha untuk mengunjunginya. Salah satunya adalah Cornelis de Houtman. Pelaut Belanda yang sukses menginjakkan kakinya di Tanah Air lewat Banten pada 27 Juni 1596. Berbekal informasi dari para pelaut pada akhir abad ke-16, ia berangkat dari pelabuhan Amsterdam bersama empat kapal dagang yang mengiringi. kedatangan Cornelis de Houtman di Nusantara, menjadi cikal bakal penjajah Belanda mulai bercokol di Indonesia. Tergiur karena cerita-cerita di kalangan pedagang Cornelis de Houtman tertarik menjelajah ke sisi Timur dunia setelah mendapat informasi dari kalangan pedagang Eropa tentang keberadaan Pulau “Surga” yang tersembunyi. Kawasan tersebut, diyakini memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah. Cornelis de Houtman pun segera mempersiapkan pelayaran setelah dirinya ditunjuk oleh Para otoritas saudagar Belanda. Dalam The Cradle of Colonialism 1963, George Masselman menyebutkan bahwa armada Cornelis de Houtman berangkat dari Amsterdam menuju Lisboa, Portugal. Tujuannya untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang keberadaan pulau misterius tersebut. Membentuk serikat dagang Belanda Setelah menghabiskan waktu selama dua tahun di Portugal, ia pun memutuskan untuk kembali pulang ke negerinya. Saat itulah, ia berjumpa dengan seorang Belanda lainnya yaitu Jan Huygen van Linschoten. Ia merupakan pedagang yang bekerja untuk kerajaan Portugis di India. Dari van Linschoten inilah, Cornelis mendapatkan informasi berharga tentang keberadaan Nusantara yang konon kaya akan rempah-rempah. Pada 1594, Cornelis de Houtman bersatu dengan seluruh pedagang Belanda dan membentuk Compagnie van verre te Amsterdam perusahaan jarak Jauh yang berpusat di Amsterdam. Perserikatan dagang baru ini dibentuk untuk menemukan kepulauan yang menghasilkan rempah-rempah. Hingga pada 2 April 1595, Cornelis de Houtman ditunjuk agar segera angkat sauh dan mulai berlayar pada 2 April 1595. Sampai di Nusantara dengan korban ratusan nyawa Diiringi oleh empat kapal, Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken, Conelis de Houtman memulai penjelajahannya menuju sisi Timur dunia. Nahas, karena tipisnya stok makanan, banyak kru kapal yang tewas karena menderita penyakit sariawan. Tak jarang, konflik internal antara kapten kapal dan kru juga jadi masalah tersendiri. Pengaruh iklim tropis yang berbeda dengan cuaca di Belanda, juga membuat banyak kru dari keempat kapal tersebut berguguran satu demi satu. pada 27 Juni 1596, rombongan armada Cornelis de Houtman tiba di pulau Banten. Dilansir dari total, ada sekitar 249 orang yang selamat sampai di tujuan. Para saudagar asing ini, awalnya diterima dengan baik oleh otoritas setempat. Namun sayang, karena perangai buruk seperti keluar masuk kota seenaknya, banyak dari mereka yang ditangkap oleh petugas keamanan kesultanan Banten. Sukses temukan Indonesia meski harus terusir keluar Akibatnya pun sungguh fatal. Para pedagang asing asal Belanda, termasuk Frederick de Houtman yang merupakan kakak Cornelis, dijebloskan ke dalam penjara. Alhasil, dirinya pun harus mengeluarkan denda berupa uang untuk membebaskan sang kakak. Tingkah polah mereka pun harus dibayar mahal pada saat itu. Dilansir dari Cornelis beserta rombongan dagang Belanda lainnya, terpaksa digiring keluar dan diusir dari tanah Banten. Meski tak berhasil menemukan rempah-rempah yang dicari, Cornelis de Houtman berhasil menemukan jalur pelayaran menuju ke Indonesia. Dirinyalah yang nantinya membuka jalan bagi pelaut-pelaut Belanda lain untuk datang kembali ke tanah Nusantara. Bukan sebagai pedagang, melainkan berubah menjadi penjajah yang kelak mendirikan kolonialisme di Indonesia selama ratusan tahun lamanya. Tak heran jika Indonesia dijajah Belanda di kemudian hari. Selain tertarik dengan potensi rempah-rempahnya, kolonialis Eropa tersebut hendak melebarkan bisnis pedagangannya lebih luas. Bahkan hingga saat ini pun, Indonesia masih diincar oleh penjajah asing secara halus yang mengincar SDA dan sumber lainnya.
- Pada 27 Juni 1596, rombongan bangsa Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat di Banten. Cornelis de Houtman pun menjadi orang Belanda yang pertama kali berhasil mendarat di Nusantara. Meski rombongan Cornelis de Houtman akhirnya diusir dari Banten, tetapi ekspedisinya memiliki arti penting bagi sejarah Belanda dan apa arti penting pendaratan Cornelis de Houtman dalam sejarah kolonialisme dan imperialisme Belanda di Indonesia? Baca juga Cornelis de Houtman Jalur Pelayaran dan Akhir Hidupnya Mewariskan jalur pelayaran bagi penjelajah Belanda Pada 2 April 1595, bangsa Belanda mengirim ekspedisi penjelajahan samudra ke dunia Timur untuk mencari kepulauan rempah-rempah. Saat itu, sebanyak empat kapal yang membawa 249 awak dan dilengkapi 64 meriam berangkat di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Pada 27 Juni 1596, ekspedisi Cornelis de Houtman berhasil tiba dengan selamat di Banten, pelabuhan lada terbesar di Jawa Barat saat itu. Kedatangan mereka di Banten awalnya disambut hangat oleh sultan dan masyarakatnya. Alasan Sultan Banten menyambut baik kedatangan bangsa Belanda pada 1596 adalah Belanda hanya berkonsentrasi pada masalah perdagangan. Namun, para awak kapal akhirnya menunjukkan tabiat buruk dan tidak menghormati masyarakat setempat. Itulah yang membuat Cornelis de Houtman dan seluruh awak kapalnya diusir dari Banten. Baca juga Alasan Sultan Banten Menyambut Baik Kedatangan Belanda Penolakan yang ditunjukkan oleh masyarakat Banten juga tidak lepas dari hasutan para pedagang Portugis, yang berusaha menghalangi Belanda berdagang di Nusantara. Portugis, yang lebih dulu datang, menghasut masyarakat setempat untuk mengusir Belanda. Setelah diusir dari Banten, Cornelis de Houtman membawa rombongannya menyusuri pantai utara Jawa dan sempat singgah di Bali. Pada 26 Februari 1957, Cornelis de Houtman kembali ke Belanda dengan rombongan yang tidak lagi utuh, bahkan hanya tersisa 87 orang karena berbagai sebab. Pelayaran Cornelis de Houtman sebenarnya tidak terlalu sukses. Ekspedisinya belum menemukan pusat rempah-rempah di timur Nusantara, meski telah berkorban banyak awak kapal. Namun, di sisi lain, Cornelis de Houtman berhasil membawa banyak rempah-rempah untuk menunjukkan keberhasilan itu, ekspedisi pertama yang dipimpin Cornelis de Houtman telah mewariskan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia bagi penjelajah Belanda berikutnya. Baca juga Mengapa Belanda Tidak Berhasil Menguasai Banten? Awal penjajahan bangsa Belanda di Indonesia Sejak pelayaran Cornelis de Houtman ke Nusantara, perusahaan-perusahaan ekspedisi Belanda saling bersaing untuk memperoleh bagian dari rempah-rempah Indonesia. Pada 1598, sebanyak 22 kapal milik lima perusahaan Belanda yang berbeda berlayar ke Nusantara. Ekspedisi kedua yang pertama tiba di Nusantara adalah rombongan yang dipimpin oleh Jacob van Neck. Kedatangan Belanda ke Indonesia untuk kedua kalinya berusaha memperbaiki kesalahan yang dilakukan ekspedisi Cornelis de Houtman. Rombongan Jacob van Neck bersikap lebih ramah dan menghargai masyarakat Banten. Selain itu, rombongan kedua ini memberi cendera mata berupa tempat minum dari emas murni kepada penguasa Banten. Berbekal kepandaian mereka dalam berdiplomasi, rombongan Jacob van Neck diterima dengan baik oleh masyarakat Banten. Baca juga James Lancaster, Pelaut Inggris Pertama yang Mendirikan Loji di Banten Hubungan baik tersebut semakin terlihat saat Banten mengizinkan Belanda mendirikan kator dagang atau loji setelah memberikan jaminan sejumlah uang. Tidak hanya itu, armada pimpinan Jacob van Neck juga menjadi yang pertama tiba di kepulauan rempah-rempah Maluku pada Maret 1599. Pada 1599-1600, mereka telah kembali ke Belanda dengan mengangkut banyak rempah-rempah dan keuntungan yang diperoleh mencapai 400 persen. Banyaknya keuntungan itu semakin memikat Belanda, yang kemudian membentuk Vereenigde Oost-Indische Compagnie VOC pada 1602 yang menyatukan para pengusaha Belanda. Pada 1602, di Banten juga telah terdapat empat loji milik Belanda dan VOC berhasil mengganggu Portugis yang sebelumnya memonopoli perdagangan di Nusantara. Sehingga, dapat dikatakan bahwa dalam waktu sekitar lima tahun sejak pendaratan Cornelis de Houtman di Banten, Belanda telah memulai penjajahan di Indonesia. Itulah mengapa, ekspedisi Cornelis de Houtman bisa dibilang gagal, tetapi juga dapat dianggap sebagai keberhasilan bagi Belanda. Referensi Fenetiruma, Melkisedek Bagas. 2018. Masa Kolonial. Singkawang Maraga Borneo Tarigas. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Oleh Yopi Nadia, Guru SDN 106/IX Muaro Sebapo, Muro Jambi, Jambi - Pada tahun 1595, Belanda melakukan penjelajahan Samudera di bawah pimpinan Cornelis De Houtman. Mereka berangkat dari Eropa dan tiba di Indonesia pada tahun 1596 dengan mendaratkan kapalnya di Banten. Pada tanggal 20 Maret 1602, Belanda mendirikan perusahaan dagang di Indonesia yang dikenal dengan Verenigde Oost Indische Compagnie VOC. VOC merupakan usulan dari Olden Barneveld dan dipimpin oleh 17 orang direktur yang disebut Dewan Tujuh Belas atau Heeren Zeventien. Tujuan didirikannya VOC adalah sebagai berikut Menguasai pelabuhan-pelabuhan penting Menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia Melaksanakan monopoli perdagangan rempah-rempah Pengalihan kekuasaan VOC pada kepada kerajaan Belanda Baca juga 6 Tujuan Belanda Mendirikan VOC di IndonesiaLatar belakang VOC menguasai rempah-rempah VOC mampu menguasai dan memonopoli perdagangan rempah-rempah karena dilatarbelakangi dengan beberapa hal, yakni Menaklukan Portugis Dilansir dari buku Nusantara sejarah Indonesia 2008 karya Bernard Hubertus Maria Vlekke, tak lama setelah dibentuk, VOC mampu menyingkirkan Portugis yang sudah lebih dahulu membangun imperium perdagangan di Asia. Sebanyak 13 kapal yang berangkat dari Belanda, dilengkapi persenjataan yang kuat menyerang Portugis dari segala sisi benteng pertahanan mereka. Serangan tersebut berhasil membuat Portugis takluk dan terusir dari Johor. Di Ambon, Portugis menyerah tanpa penyerangan, sedangkan benteng Portugis di Tidore jatuh. Modal yang berlimpah VOC menjadi kongsi dagang terbesar di antara perusahaan-perusahaan dagang yang beroperasi di Asia. VOC tumbuh pesat, salah satunya karena modal yang berlimpah. Dengan modal yang banyak, VOC mampu membiayai operasi-operasi militer yang perlu untuk meraih kedudukan sebagai pemegang monopoli di dunia dalam hal perdagangan rempah-rempah.
– Dilansir dari wikipedia, Cornelis de Houtman lahir di Gouda, Holland Selatan, Belanda, 2 April 1565 dan meninggal di Aceh pada tanggal 11 September 1599 pada umur 34 tahun yang merupakan saudara dari Frederik de Houtman adalah seorang penjelajah Belanda yang menemukan jalur pelayaran dari Eropa ke Indonesia dan berhasil memulai perdagangan rempah-rempah bagi Belanda. Saat itu Kerajaan Portugis mempunyai monopoli terhadap perdagangan tersebut dan perjalanan de Houtman adalah kemenangan simbolis bagi pihak Belanda meski perjalanan tersebut sebenarnya berlangsung kedatangan de Houtman, Kerajaan Portugis telah lebih dahulu memonopoli jalur-jalur perdagangan di Nusantara. Meski ekspedisi de Houtman banyak memakan korban jiwa di pihaknya dan bisa dikatakan gagal, namun ekspedisi de Houtman yang pertama ini merupakan kemenangan simbolis bagi pihak Belanda karena sejak saat itu kapal-kapal lainnya mulai berlayar untuk berdagang ke perjalanan Cornelis de Houtman Awal perjalanan Cornelis de Houtman di muali pada tahun 1592 dimana ia dikirim oleh para saudagar Amsterdam ke Lisboa/Lisbon, Portugal untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai keberadaan “Kepulauan Rempah-Rempah”. Pada saat de Houtman kembali ke Amsterdam, penjelajah Belanda lainnya, Jan Huygen van Linschoten juga kembali dari India. Setelah mendapatkan informasi, para saudagar tersebut menyimpulkan bahwa Banten merupakan tempat yang paling tepat untuk membeli rempah-rempah. Pada 1594, mereka mendirikan perseroan Compagnie van Verre yang berarti “Perusahaan jarak jauh”, dan pada 2 April 1595 berangkatlah ekspedisi perseroan ini di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Tercatat ada empat buah kapal yang ikut dalam ekspedisi mencari “Kepulauan Rempah-rempah” ini yaitu Amsterdam, Hollandia, Mauritius dan de Houtman sudah direcoki banyak masalah sejak awal. Penyakit sariawan merebak hanya beberapa minggu setelah pelayaran dimulai akibat kurangnya makanan. Pertengkaran di antara para kapten kapal dan para pedagang menyebabkan beberapa orang terbunuh atau dipenjara di atas kapal. Di Madagaskar, di mana sebuah perhentian sesaat direncanakan, masalah lebih lanjut menyebabkan kematian lagi, dan kapal-kapalnya bertahan di sana selama enam bulan. Teluk di Madagaskar tempat mereka berhenti kini dikenal sebagai “Kuburan Belanda”. Kematian Cornelis de Hotuman Tahun 1598, Cornelis de Houtman bersama saudaranya Frederick de Houtman diutus lagi ke tanah Nusantara di mana kali ini ekspedisinya merupakan ekspedisi dalam jumlah besar. Armada-armadanya telah dipersenjatai seperti kapal perang. Pada 1599, dua buah kapal pimpinan de Houtman yang bernama de Leeuw dan de Leeuwin berlabuh di ibukota Kerajaan Aceh. Pada awalnya kedua kapal ini mendapat sambutan baik dari pihak Aceh karena darinya diharapkan akan dapat dibangun kerjasama perdagangan yang saling menguntungkan. Dengan kedatangan Belanda tersebut berarti Aceh akan dapat menjual hasil-hasil bumi, khususnya lada kepada dalam perkembangannya, akibat adanya hasutan dari pihak Portugis yang telah lebih dahulu berdagang dengan Kerajaan Aceh, Sultan Aceh menjadi tidak senang dengan kehadiran Belanda dan memerintahkan untuk menyerang kapal-kapal mereka. Pemimpin penyerangan adalah Laksamana Keumala Hayati. Dalam penyerangan ini, Cornelis de Houtman dan beberapa anak buahnya tewas sementara Frederick de Houtman ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Frederick de Houtman mendekam dalam tahanan Kerajaan Aceh selama 2 tahun. Selama di penjara, ia menulis buku berupa kamus Melayu-Belanda yang merupakan kamus Melayu-Belanda pertama dan tertua di Nusantara.
- Empat kapal Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di perairan Banten pada 27 Juni 1596, tepat hari ini 422 tahun lalu. Sebelum angkat sauh dari Amsterdam, Cornelis mendapat informasi bahwa di timur jauh sana, ada kepulauan penghasil rempah-rempah hari itulah, orang-orang Belanda telah menemukan Banten yang sejatinya hanya merupakan sebagian kecil dari kepulauan rempah-rempah paling menggiurkan di dunia. Praktik kolonialisme Belanda di Nusantara segera dimulai, dan Cornelis de Houtman adalah pembuka Sang Perintis Desas-desus mengenai kepulauan rempah-rempah yang terletak di negeri antah-berantah menjadi isu yang marak diperbincangkan oleh kalangan pedagang di Eropa pada akhir abad ke-16 itu, termasuk di saudagar di negeri kincir angin kemudian mengutus Cornelis de Houtman pergi ke Portugal, tepatnya ke Lisboa Lisbon. Kala itu, sebagian wilayah dunia, termasuk beberapa tempat yang memiliki potensi rempah-rempah, memang dikuasai oleh Kerajaan Portugis. Sebagian lainnya diduduki oleh Kerajaan oleh George Masselman dalam The Cradle of Colonialism 1963, Cornelis berangkat dari Amsterdam menuju Lisboa untuk melakukan investigasi sekaligus mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kebenaran atas keberadaan pulau surga itu hlm. 86.Selama dua tahun, Cornelis menghabiskan waktunya di Portugal. Dan ketika ia kembali ke negerinya, Jan Huygen van Linschoten, seorang Belanda yang bekerja untuk Portugis di India, kebetulan juga baru saja pulang ke dari India itu, van Linschoten menerbitkan laporan perjalanannya dengan tajuk Itinerario Jan S. Aritonang, Sejarah Perjumpaan Kristen dan Islam di Indonesia, 2004 53. Dalam buku laporan tersebut, van Linschoten menjabarkan potensi yang terkandung di Asia untuk kepentingan perdagangan bangsa Eropa, termasuk India, Persia Iran, dan informasi yang dibawa Cornelis dari Lisboa ternyata nyaris selaras dengan laporan van Linschoten. Kepulauan rempah-rempah yang dimaksud terletak di timur jauh sana, lebih jauh lagi dari India, dan dikenal dengan nama Bantam atau 1594 itu, para pedagang di Belanda, termasuk Cornelis, ini lantas bersatu dan membentuk perserikatan niaga. Perkumpulan ini diberi nama Compagnie van verre te Amsterdam atau perusahaan jarak Jauh yang berpusat di Amsterdam John Bucknill, The Coins of the Dutch East Indies, 2000 9.Perserikatan saudagar Belanda ini kemudian mulai menyusun rencana untuk melakukan penjelahan samudera dengan harapan bisa menemukan kepulauan rempah-rempah. Cornelis de Houtman ditunjuk untuk memimpin pelayaran besar dan penuh tantangan yang akan dimulai pada 2 April 1595 menjadi salah satu orang paling berpengaruh. Selain karena berhasil mendapatkan informasi dari Portugal, termasuk pernah ditangkap dan dipenjara oleh otoritas di sana, ia juga menyumbang dana sebesar gulden untuk persiapan pelayaran itu, sebagaimana diungkapkan Peter Fitzsimons 2012 dalam buku berjudul Penuh Bahaya Ada empat kapal yang diberangkatkan, masing-masing bernama Amsterdam, Hollandia, Mauritius, dan Duyfken. Dipaparkan dalam buku Ship Decoration 1630-1780 2013 karya Andy Peters, dengan empat kapal inilah orang-orang Belanda untuk pertamakalinya mengarungi lautan menuju timur jauh hlm. 16.Ternyata tidak mudah bagi armada besar Belanda pimpinan Cornelis de Houtman untuk mencapai bahkan menemukan Banten. Begitu banyak rintangan yang mereka hadapi selama mengarungi beberapa pekan setelah meninggalkan Amsterdam, banyak anggota penghuni kapal yang terserang penyakit. Paling parah adalah wabah sariawan lantaran menipisnya stok makanan. Belum lagi terjangan badai yang nyaris saban waktu melanda keempat kapal selama perjalanan, terutama konflik antar-penumpang atau kru yang tidak suka dengan aturan dari kapten kapal, juga menjadi kendala tersendiri. Sejumlah pertikaian terjadi dan tak jarang menyebabkan nyawa melayang, juga tidak sedikit yang harus dikurung di penjara singgah di Madagaskar, pulau yang berada di Samudera Hinida selepas pantai timur Afrika, semakin banyak kru yang tewas. Tidak kurang dari 70 orang meninggal dunia dan dikuburkan di pulau ini. Teluk Madagaskar kemudian dikenal dengan istilah “kuburan orang-orang Belanda”.Dibeberkan oleh Russell Shorto dalam Amsterdam A History of the World's Most Liberal City 2013, hanya dalam tempo enam bulan sejak keberangkatan, lebih dari seperempat orang yang ikut dalam ekspedisi ini harus kehilangan dan kru tampaknya tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi iklim dan alam tropis yang jauh berbeda dengan kondisi di Belanda. Satu per satu awak kapal bergelimpangan, pingsan lantaran kehausan dan tidak tahan dengan cuaca panas khas kawasan tropis. Menemukan Nusantara Setelah lebih dari berbulan-bulan mengarungi samudera luas dengan aneka macam rintangan yang amat mengerikan, akhirnya armada Cornelis de Houtman berlabuh di Banten pada 27 Juni 1596. Saat tiba, hanya 249 orang yang selamat sampai di dan para saudagar besar beserta kru mengenakan gelar kemiliteran untuk menambah wibawa mereka menghadapi orang-orang di tanah yang baru mereka temukan itu. Harapannya, kehadiran mereka bisa diterima, bahkan dihormati oleh tuan & Foskelien van Goor dalam Prelude to Colonialism The Dutch in Asia 2004 menyebutkan, orang-orang Belanda yang sejatinya berprofesi sebagai pedagang itu banyak yang memakai gelar kapten atau laksamana. Sedangkan Cornelis memilih gelar kapten mayor hlm. 27.Merapat di bandar dagang milik Kesultanan Banten, Cornelis terperangah melihat suasana pelabuhan yang ternyata riuh oleh kesibukan. Kotanya pun besar dan cukup ramai, bahkan tidak jauh berbeda dengan kota tersibuk di negeri Belanda, Lodewijk, saudagar Belanda yang ikut dalam rombongan Cornelis, seperti dikutip dari buku Ragam Pusaka Budaya Banten 2007 karya Tri Hatmadji, menghitung paling tidak ada 36 kapal asing yang sedang singgah dan berlabuh di Banten kala itu hlm. 142.Dalam pengamatan Lodewijk dan Cornelis, sebagaimana dikutip dari buku Catatan Masa Lalu Banten 1993 yang disusun Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, pusat pemerintahan Kesultanan Banten tertata dengan baik dan rapi, dikelilingi oleh tembok lebar dari bata merah hlm. 87.Luas kota ini kira-kira nyaris setara dengan Amsterdam, dan seperti ibukota Belanda itu, di Kota Banten juga terdapat banyak kanal yang seluruhnya bisa dilayari. Kapal-kapal Belanda yang ditumpangi Cornelis, juga semua kapal asing, wajib memasuki pintu gerbang khusus dan harus membayar ongkos kedatangan bangsa asing ini memang disambut dengan baik oleh penduduk setempat, termasuk oleh otoritas Kesultanan Banten. Saat itu, Banten diperintah oleh Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulqadir yang baru saja naik takhta 1596-1647.Cornelis seharusnya bisa menunaikan misinya, yakni membeli rempah-rempah yang dibutuhkan, karena transaksi perniagaan di Banten amat gampang. Barter, bahkan mata uang, sudah menjadi alat pertukaran yang cukup orang-orang Belanda yang belum lama menginjakkan kaki di tanah Banten itu justru bertingkah buruk, terutama dengan seenaknya keluar-masuk Kota Banten. Penduduk setempat yang tadinya menerima kini berbalik sikap lantaran tidak suka dengan perangai orang-orang asing perilaku yang tak pantas itu, banyak orang yang ditangkap oleh aparat Kesultanan Banten dan dijebloskan ke penjara, salah satunya adalah Frederick de Houtman, kakak Cornelis. Portugis juga turut bermain dalam situasi ini. Kala itu, Portugis –yang punya berpengaruh besar dalam perdagangan di beberapa wilayah di Nusantara –bermitra dengan Kesultanan oleh Slamet Muljana dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, pihak Cornelis terpaksa membayar uang pembebasan. Mereka diusir, digiring ke luar dengan tembakan meriam dari benteng Kota Banten hlm. 271.Misi Cornelis di Banten memang belum berhasil kendati tidak bisa juga dibilang gagal sama sekali. Namun, inilah untuk pertamakalinya armada Belanda menemukan jalur dan akhirnya tiba di negeri surganya rempah-rempah. Dan, Cornelis de Houtman adalah perintis arahnya, pembuka jalan kolonialisme Belanda di Nusantara. - Humaniora Penulis Iswara N RadityaEditor Ivan Aulia Ahsan
pengganti cornelis de houtman dalam menguasai indonesia adalah